Kita
tahu bahwa kita ini hidup di dunia tidak akan bisa jauh dengan benda yang
namanya mikroba, dimanapun kita berada pasti disitu ada mikroba. Pembahasan
artikel kali ini adalah mengenai bakteri non fotositentik, khususnya mengenai
mikroba Vibrio vulnificus, apa sih peranan bakteri tersebut pada
manusia??, karena Vibrio vulnificus merupakan mikroba yang cukup berbahaya bagi manusia, sehingga
penulis disini ingin memaparkan kaitan mikroba Vibrio vulnificus dengan seafood. Dimana makanan Seafood merupakan
makanan yang cukup di gemarilah oleh masyarakat secara umum, tapi dan tapi
ternyata kita sekarang harus mulai waspada loh mengenai makanan Seafood. LOH,
KENAPA???? Simak yuk...
Vibrio vulnificus merupakan Mikroba yang umumnya hidup membentuk
koloni di tiram, remis, plakton, maupun kepiting yang hidup di perairan
asin. Nah.. dari sebait kalimat tersebut
mungkin para pembaca sudah agak faham kan mengenai kaitan bakteri Vibrio
vulnificus dengan seafood, dan ternyata bakteri tersebut memiliki peran
yang merugikan bagi manusia. Sebelum kita mengetahui penyakit yang di timbulkan
oleh bakteri Vibrio vulnificus, mungkin kita harus mengenal terlebih
dahulu karakteristik dari si bakteri tersebut ya, Vibrio vulnificus merupakan mikroba
patogen gram negatif, motil,
memiliki fimbria dan kapsul. Kapsul pada Vibrio vulnificus memegang
peranan penting dalam penentuan sifat patogeniknya. Vibrio vulnificus yang
tidak berkapsul ditemukan tidak bersifat patogen. Vibrio vulnificus secara alami berada di daerah perairan hangat (halofilik obligat)
yang tumbuh baik di lingkungan laut tropis maupun subtropis. Jumlah organisme
ini tergantung suhu air laut, yang biasanya jumlah lebih banyak ditemukan pada
musim panas. Bakteri ini ditemukan
sebagai patogen di tiram pada tahun 1976 dan kasus infeksi pertama pada manusia
oleh Vibrio vulnificus didokumentasikan pada tahun 1979. Bakteri ini
hidup dengan memfermentasi laktosa baik dalam keadaan aerobik maupun anaerobik
dan tergolong jenis parasit oportunistik. Untuk lebih jelasnya lagi penulis
paparkan Lingkungan pertumbuhan dari si Vibrio vulnificus:
·
Temperatur :temperatur optimum berkisar 37ºC. Dalam tubuh tiram,
suhu optimal pertumbuhan adalah 30ºC.
·
pH : pH optimum adalah 7,8. Range pH untuk hidup 5-10.
·
Salinitas : konsentrasi NaCl optimum 2,5 %. Range konsentrasi NaCl
untuk hidup 0,5-5,0 %. (Daniels,2000)
Setelah kita mengenal tentang Vibrio vulnificus, sekarang
penulis ingin membahas mengenai Infeksi dari si Vibrio vulnificus yang tergolong
cukup berbahaya, namun infeksi oleh bakteri ini tidak pernah terjadi secara
meluas sih. Contoh kasus-kasus infeksi oleh Vibrio vulnificus ditemukan
secara sporadik di daerah-daerah pantai Amerika Serikat, New Zealand, dan
Jepang. Infeksi Vibrio vulnificus di Amerika Serikat 95% terjadi saat
laut hangat antara Bulan Mei dan Oktober.
Menurut Nair dalam bukunya ‘‘Emerging foodborne pathogens, Vibrio vulnificus merupakan kerabat dekat Vibrio cholerae penyebab kolera dan
Vibrio parahaemolytic penyebab diare akut. V. vulnificus diketahui dapat menyebabkan tiga
jenis penyakit yaitu GASTROENTERITIS (5-10% kasus), SEPTIKEMIA PRIMER (45% kasus), atau LUKA
INFEKSI (45% kasus). Pada orang sehat, konsumsi makanan dari hasil laut yang
terkontaminasi V. vulnificus bisa menyebabkan Gastroenteritis dan dapat berakibat orang tersebut mengalami diare, muntah dan sakit
perut. Gejala ini biasanya terjadi sekitar 16 jam
setelah infeksi dan digolongkan sebagai self-limiting dissease dimana sangat bergantung pada kondisi tubuh
setiap individu dan dapat sembuh dengan sendirinya. Kslau pada individu yang rentan (mereka yang menderita beberapa bentuk penyakit kronis
seperti penyakit hati, atau AIDS) dapat menyebabkan Septikemia Primer, dimana bila sudah begitu akan menimbulkan infeksi berat yang dapat
berujung pada kematian (mencapai >50%) serta sekitar 90% orang yang terinfeksi V. vulnificus memerlukan rawat inap.
Septikemia Primer umumnya terjadi setelah makanan yang mengandung
V. vulnificus dikonsumsi, kemudian
bakteri masuk ke aliran darah melalui saluran pencernaan dan menyebar keseluruh
tubuh. Septikimia Primer kebanyakan
terjadi pada orang yang rentan/memiliki penyakit kronis dengan dosis infeksi berkisar antara 100 sel. Penyakit ini umumnya mulai timbul 7 jam - 2 hari setelah terpapar (kebanyakan 36 jam setelah gejala awal terjadi). Gejala awal penyakit ini diantaranya demam dan badan
menggigil yang disertai dengan mual, muntah dan diare. Dapat juga diikuti
dengan penurunan tekanan darah secara drastis sehingga tak jarang berujung pada
kematian. Mayoritas penderita juga mengalami lecet pada kulit yang sangat
menyakitkan. Kulit awalnya tampak merah dan kemudian akan mejadi seperti lecet
dan terkelupas menjadi bisul nekrotik (bisul yang timbul akibat sel-sel kulit
yang mati). Bila hal ini sampai terjadi, tindakan amputasi sangat dianjurkan
untuk mencegah infeksi yang meluas.
Luka infeksi terjadi bila luka pada kulit atau lecet
mengalami kontak langsung dengan air laut yang mengandung V. vulnificus. Infeksi ini biasanya dimulai dengan pembengkakan,
kemerahan, dan rasa sakit di sekitar luka yang terinfeksi. Luka nantinya akan
melepuh, berisi cairan dan mengembang yang dapat mengakibatkan nekrosis
jaringan. Sekitar 50% pasien yang mengalami luka infeksi akibat V. vulnificus memerlukan amputasi. Pada
beberapa pasien, infeksi ditemukan menyebar ke aliran darah dan berakibat pada
kematian.
Karakteristik luka yang
muncul pada infeksi Vibrio vulnificus di kaki pasien dengan gangguan
hati. B. Munculnya gejala infeksi Vibrio vulnificus satu hari setelah
luka terjadi karena goresan tulang ikan. C. Bakteri yang diisolasi dari sampel
darah penderita.
Namun tenang
aja guys, infeksi dari si nakal Vibrio vulnificus itu ada obatanya, salah satu
obat dari infeksi tersebut adalah menggunakan antibotik.
Penggunaan antibiotik
untuk penanganan antara lain:
- Doxycycline (100 mg PO/IV dua kali sehari untuk 7-14 hari) dan generasi ketiga cephalosporin ( Misal: ceftazidime 1-2 g IV/IM setiap delapan jam), maupun tetrasiklin.
- Pada anak-anak, dimana tidak dapat digunakan doxycycline, dapat digunakan trimethoprim-sulfamethoxazole ditambah aminoglycoside.
Tapi pasti pada ingat kan kata pepatah yang “lebih baik mencegah daripada mengobati”, nah
kita ternyata bisa nih melakukan pencegahan terlebih dahulu agar tidak
terinfeksi akibat Vibrio vulnificus pastinya. Apa aja sih pencegahan yang bisa
dilakukan, Pencegahan infeksi Vibrio vulnificus itu bisa dilakuakan
dengan memperhatikan makanan laut (seafood) yang mau kita konsumsi, seafood
yang di konsumsi itu harus sudah masak, jangan pernah membiasakan mengkonsumsi
seafooad dalam keadaan mentah ya.. cara pemasakan kerang juga harus
diperhatikan loh ternayata, kerang direbus sampai cangkang membuka dan
lanjutkan perebusan selama lima menit, kemudian kerang diuapkan sampai cangkang
membuka dan lanjutkan penguapan selama sembilan menit dan untuk orang yang beresiko tinggi terhadap
munculnya gejala serius oleh infeksi Vibrio vulnificus, sebaiknya
menghindari makanan laut, terutama tiram, walupun telah dimasak dengan baik,
kalau terdapat luka pada bagian tubuh, jangan membiarkan luka tersebut terbuka
dan terpapar air laut. Ketika melakukan kegiatan di daerah perairan asin harus
diperhatikan terlebih dulu pelindung buat tubuh kita seperti menggunakan sarung
tangan dan sepatu boot. Mungkin hal-hal semacam itu hal yang mudah dilakukan ya.. akan tetapi
terkadang melupakan hal yang remeh tersebut sehingga kita tiba-tiba terinfeksi
oleh bakteri yang sebelumnya tidak ketahui.
Referensi:
Daniels N and Shafaie A. A Review of Pathogenic Vibrio Infections for
Clinicians. J Infectious Medicine 17(10):665-685. 2000.
Feliatra. Identifikasi bakteri patogen (Vibrio sp)
di perairan Nongsa Batam propinsi Riau. J Natur Indones
1I(1):28-33. 1999.
Interstate Shell-Fish
Sanitation Conference. Vibrio vulnificus:
FACT SHEET FOR HEALTH CARE PROVIDERS. 2001.
Jawetz, Melnick, dan Adelberg’s. Mikrobiologi Kedokteran.
Surabaya : Salemba Medika. 2007.
Nair, G.B., Faruque, S.M. and Sack, D.A. Vibrios in
‘‘Emerging foodborne pathogens.’’ ed. Motarjemi, Y. and Adams, M.
Cambridge. Woodhead Publishing Ltd, 2006, 332–372.