MATRIKS EKTRASELULER DAN SEL JUNCTION
(Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas matakuliah Biologi Sel)
Dosen
Pengampu :
Nengsih
Juanengsih, M.pd
Disusun
Oleh :
Kelompok
9
Chusna
Novela (1113016100004)
Nining
Khoirunnisa (1113016100014)
Nurhasanah (1113016100032)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah
dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah swt yang Maha Pengasih dan
Penyayang yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayahnya kepada kami,
sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tentang “Matriks
Ekstraseluler”.
Makalah ini merupakan salah satu
tugas yang di berikan kepada kami dalam rangka pengembangan mata kuliah biologi
sel yang berkaitan dengan Matriks Ekstraseluler. Selain itu tujuan dari
penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan mengenai
Matriks Ekstraseluler. Sehingga besar harapan kami, makalah yang kami sajikan
dapat menjadi konstribusi positif bagi pengembang wawasan pembaca.
Akhirnya
kami menyadari dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati kami menerima kritik dan saran agar
penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih. Semoga laporan ini memberi
manfaat bagi banyak pihak. Aamiin.
Wassalamu’alikum Wr. Wb.
Ciputat,
01 November 2014
Penulis
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................
|
0
|
KATA PENGANTAR.....................................................................................
|
1
|
DAFTAR ISI...................................................................................................
|
2
|
BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................
|
3
|
BAB II. PEMBAHASAN................................................................................
|
5
|
A.
Matriks
Ekstraseluler (MES)...............................................................
|
5
|
B.
MES hewan.........................................................................................
|
5
|
C.
MES tumbuhan....................................................................................
|
9
|
D.
Jaringan................................................................................................
|
11
|
E.
Sel Junction.........................................................................................
|
12
|
BAB III. PENUTUP........................................................................................
|
17
|
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
|
18
|
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Jaringan hidup tidak hanya akumulasi
dari sel-sel padat. Sebagian besar volume jaringan yang terdiri dari ruang ekstraseluler
(extra-berarti ‘luar’ atau ‘melampaui’, seperti dalam extraterrestrial).
Kekosongan ini diisi dengan anyaman rumit yang disebut matriks ekstraseluler.
Alih-alih menjadi bahan pengisi
inert, seperti kemasan styrofoam sekitar pengiriman barang pecah belah, matriks
ekstraseluler adalah komponen fisiologis aktif dinamis dari semua jaringan
hidup. Selain memberikan dukungan struktural untuk sel tertanam dalam sebuah
jaringan, matriks ekstraseluler memandu divisi mereka, pertumbuhan, dan
perkembangan. Dengan kata lain, matriks ekstraseluler sangat menentukan
bagaimana jaringan terlihat dan berfungsi.
Walaupun tidak memiliki dinding sel seperti sel tumbuhan,
sel hewan memiliki matriks ekstraseluler (MES) atau extracellular matrix (ECM). Bahan penyusun utama MES adalah
glikoprotein yang disekresikan oleh sel. Glikoprotein merupakan protein yang
berikatan secara kovalen dengan karbohidrat yang biasanya berupa gula rantai
pendek. Glikoprotein yang paling melimpah dalam sel hewan adalah kolagen, yang
membentuk serat-serat kuat di luar sel. Faktanya, sekitar 40% dari total
protein dalam tubuh manusia merupakan kolagen. Serat kolagen tertanam dalam
jejaring yang merupakan jaringan proteoglikan. Suatu molekul proteoglikan
terdiri dari satu protein inti kecil dengan banyak rantai karbohidrat yang
terikat secara kovalen, sehingga 95% molekul tersebut bisa berupa karbohidrat.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang
dimaksud dengan matriks ekstraseluler (MES) ?
2.
Bagaimana
struktur, komponen dan fungsi MES hewan ?
3.
Bagaimana
struktur, komponen dan fungsi MES tumbuhan?
4.
Bagaimana
jaringan pada hewan dan tumbuhan ?
5.
Apa
yang dimaksud dengan sel junction?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui
tentang matriks ekstraseluler (MES)
2.
Untuk mengetahui
struktur, komponen dan fungsi MES hewan
3.
Untuk mengetahui struktur, komponen dan fungsi MES tumbuhan
4.
Untuk
mengetahui jaringan pada hewan dan tumbuhan
5.
Untuk
mengetahui tentang sel junction
BAB II
PEMBAHASAN
A.
MATRIKS EKSTRASELULER
Matriks ekstraseluler (bahasa Inggris: extracellular matrix, ECM) merupakan komponen paling besar pada kulit normal dan memberikan
sifat yang unik pada kulit dari elastisitas, daya rentang dan pemadatannya. ECM
merupakan komponen paling besar pada lapisan kulit dermis. Matriks
ekstraseluler dapat memengaruhi bentuk sel, kelangsungan hidup sel,
perkembangbiakan sel, polaritas dan kelakuan sel. Sebagian besar sel perlu
melekat ke matriks ekstraseluler untuk tumbuh dan berkembangbiak.
Sebagian besar sel hewan, tumbuhan
maupun organisme unisel, mengeluarkan senyawa ke daerah diluar membran plasma.
Secara umum, senyawa tersebut di beri nama Matriks ekstraseluler (MES). Senyawa
ini memiliki beraneka peran. MES yang dihasilkan sel hewan mempunyai struktur
sangat bervariasi, contoh kerangka elastin dan tendon, tulang rawan, dan unsur
penyongkong lapisan epitelium. Pada tumbuhan, MES membentuk dinding yang
mengelilingi dan mempertautkan sel-sel jaringan tumbuhan. MES sel prokariota
membentuk dinding sel.
Meskipun memiliki fungsi yang
bermacam-macam, namun fungsi utama MES adalah sebagai penyonkong. Komponen
penyusun MES terdiri atas substansi dasar dan serabut-serabut. Perbedaan sifat
antara MES ditentukan oleh perbandingan dan jenis komponen penyusunnya.
B.
MATRIKS EKSTRASELULER HEWAN
Komponen matriks ekstrasel (MES)
hewan, seperti halnya MES organisme lainnya, terdiri atas serabut-serabut dan
substansi dasar. Serabut-serabut MES hewan terdiri atas kolagen, elastin, dan
retikulin. Sedangkan substansi dasarnya terdiri atas proteoglikan dan
glikoprotein.
1.
Serabut
Matriks Ekstrasel Hewan
Serabut terbanyak yang berada di MES adalah kolagen. Selain kolagen
terdapat pula serabut elastin dan retikulin. Kolagen merupakan serabut semi
kristal yang mengikat sel-sel pada tempatnya, memberi daya tahan, dan
kekenyalan MES. Selain itu juga, berpengaruh pada kelincahan sel. Kolagen
dijumpai pada semua hewan, dari sponge sampai chordat. Pada vertebrata, kolagen
merupakan protein terbanyak dalam tubuh. Pada avertebrata, serabut kolagen
terutama dijumpai di MES sponge dan lapisan kutikula integumentum nematoda.
Kolagen terdiri atas tropokolagen. Setiap tropokolagen terdiri atas
tiga rantai polipeptida yang disebut rantai a. Masing-masing rantai mengulir
kekiri, namun ketiganya mengitari sumbu pusat dalam uliran kekanan. Struktur
molekul tropokolagen ditentukan oleh komposisi asam amino terutama glycine,
proline, dan hydroxyproline, yang membantu memantapkan rangkaian tiga ulir
dengan jalan menggunakan ikatan hidrogen sebagai ikatan antar rantai.
Sampai saat ini diketahui bahwa terdapat empat jenis kolagen.
Komponen penyusun keempat jenis kolagen ini tidak banyak berbeda. Perbedaan
terletak pada kandungan glycine dan asam-asam aminonya.
Sebagian besar kolagen disintesis oleh sel-sel turunan mesenkim.
Seperti halnya protein yang akan disekresikan, kolagen disintesis pada polisom
yang terkait pada retikulum endoplasma (RE)dengan polipeptida awal menembus
membran RE. Hydroxypoline dan hydroxylisine ditambahkan kerantai prokolagen
dengan bantuan enzim hydroxyprolyl dan hydroxylisyl hidroxykilase. Kedua enzim
tersebut dijumpai didalam sisterna RE.
Galaktosil dan glukosil transferese yang berada pula didalam
sisterna RE berperan untuk menambahkan galaktosa dan glukosa pada rantai awal
prokolagen. Perakitan prokolagen diawali di RE, kemudian dengan jalan
penuntasan diangkut ke aparatus golgi, selanjutnya mendapat tambahan
karbohidrat. Dari golgi, dibawa oleh granula sekretoris kearah membran sel,
untuk disekresikan.
Setelah berada diruang antarsel, prokolagen segera dirakit menjadi
serabut kolagen dengan bantuan enzim prokolagen peptidase. Enzim-enzim ini
memotong bagian peptida yang tidak mengulir dari prokolagen-prokolagen. Tiga
buah prokolagen dirakit menjadi sebuah tropokolagen. Segera
tropokolagen-tropokolagen terakit, mereka saling berikatan membentuk serabut
kolagen.
2.
Substansi
Dasar Matriks Ekstrasel Hewan
Substansi dasar yang mengelilingi kolagen terdiri atas
proteoglikan. Senyawa ini berbeda dari glikoprotein karena kandungan
karbohidrat molekul-molekul kelompok tinggi. Beberapa proteoglikan memiliki
karbohidrat 95% dari berat kering keseluruhan.
Proteoglikan terdiri atas rantai polipeptida sebagai sumbu, padanya
terkait molekul-molekul karbohidrat. Molekul tersebut terikat dengan ikatan
kovalen pada sumbu. Pada umumnya, rantai karbohidrat terikat pada protein sumbu
dengan ikatan serin, kadang-kadang dijumpai pula ikatan ke treonin. Tipe
karbohidrat primer yang terikat pada proteoglikan adalah glikosaminoglikan
(GAG) yang terdiri atas rantai tidak bercabang dan tersusun dari untaian
sepasang monosakarida. Glikosaminoglikan berasal dari glukosamin atau
galaktosamin yang merupakan monosakarida dengan gugus amin dan glikan yang
berarti polisakarida. Banyak gula beramin pada GAG yang membentuk proteoglikan,
gula beramin diubah dengan penambahan gugus sulfat. Sejumlah kecil kelompok
karbohidrat yang mirip glikoprotein dapat pula terikata pada sumbu polipeptida.
Proteoglikan merupakan salah satu substansi dasar jaringan ikat, contohnya
tulang, kornea, dan tulang rawan.
Gabungan asam hialuronat-proteoglikan dan proteoglikan berikatan
langsung dengan kolagen membentuk MES. Perbandingan antara substansi dasar
dengan serabut kombinasi khusus antara molekul kolagen dan proteoglikan
menentukan kekuatan MES. Contohnya tulang rawan yang bersifat lunak dan lembut
MES-nya memiliki proteoglikan dalam jumlah besar. Tendon yang bersifat liat dan
elastis, sebagian besar terdiri atas kolagen. Gabungan dan perbandingan antara
kolagen, proteoglikan, dan mineral menghasilkan suatu struktur yang memiliki
kepadatan dan kekerasan istimewa maupun kekenyalan dan daya tahan tinggi
terhadap tekanan. Kristal mineral yang terendapkan dalam MES tersusun
berlapis-lapis.
Proteoglikan
dijumapai ditempat-tempat kolagen yang berada dalam MES. Pada hewan vertebrata,
proteoglikan dijumpai dalam jumlah besar di tulang rawan, 50% merupakan
gabungan proteoglikan-asam hialuronat, misalnya pada zalir yang mengelilingi
oosit mamalian, zalir tersebut berperan untuk menambah kekentalan, dan menjaga
serta mempertahankan volume folikel.
Selain sebagai substansi dasar yang mengelilingi kolagen,
proteoglikan juga merupakan tempat melekatnya sel-sel jaringan ikat. Sel-sel
menggunakan proteoglikan sebagai landasan gerakan amoebaid saat berpindah
tempat. Penempelan sementara pada proteoglikan sangat penting selama
perkembangan embrio. Gerakan dan perpindahan sel dapat terjadi apabila terdapat
perubahan jenis proteoglikan yang mengelilingi sel tersebut.
Kolagen dan proteoglikan membentuk anyamanan kuat dari banyak
serabut yang berhubungan dan berikatan dengan reseptor permukaan sel, langsung
atau perantaraan fibrinektin, laminin
dan protein penghunbung lainnya. Banyak reseptor permukaan sel yang termasuk
kelompok integrin mengikatkan MES ke rangka sel, sehingga terbentuk suatu
sistem berupa jaring-jaring yang terentang dari dalam sel ke sekelilingnya.
C.
MATRIKS EKSTARSEL TUMBUHAN
Seperti halnya MES hewan, MES
tumbuhan atas serabut atau serat yang dikelilingi oleh substansi dasar. Serabut
penyusun tumbuhan adalah selulosa, sedangkan substansi dasar yang mengelilingi
terdiri atas kelompok karbohidrat dan glikoprotein. MES tumbuhan lebih di kenal
dengan dinding sel.
Dinding sel tumbuhan memberikan
kekuatan kepada jaringan tumbuhan, melindungi sel dari gangguan mekanik, dan
sebagai penghalang bagi masuknya bakteri patogen atau jamur. Hanya beberapa
sel, yang tidak memiliki dinding sel. Misalnya sel endosperm.
Pada awal perkembangannya, dinding
sel sangat lunak, lentur, dan mudah mulur. Dinding tersebut merupakan dinding
primer yang memanjang seiring dengan bertambah besar dan dewasanya jaringan
tumbuhan. Selama dan sesudah pemanjangan sel, bahan dinding sel ditambahkan
pada permukaan membran sel sehingga menghasilkan ketebalan dan kekuatan pada
dinding sel sekunder. Struktur dinding sel primer yang sangat sederhana,
terdiri atas satu lapisan bahan homogen. Dinding sel sekunder memiliki struktur
berupa lapisan rumit yang terdiri atas beberapa lapisan dengan beragam bentuk
tak hingga.
1.
Serabut
Matriks Ekstrasel Tumbuhan
MES tumbuhan didominasi oleh serabut selulosa. Selulosa terdiri
dari untaian lurus glukosa. Senyawa tersebut memiliki sifat sukar larut. Pada
dinding sel, untaian molekul selulosa tersusun sejajar satu dengan yang lain
membentuk serabut yang disebut mikrofibil selulosa.
Diantara
mikrofibil selulosa terdapat pula polimer dari glukosa dengan heksosa yang
lain. Pada dinding sel fungi dan algae, terdapat kalosa yang merupakan polimer
dari glukosa dan heksosa lain. Dinding
sel algae berisi polimer murni dari xylosa, manosa, atau glukosa.
2.
Substansi
Dasar Matriks Ekstrasel Tumbuhan
Substansi dasar MES (dinding sel) tumbuhan adalah kelompok
karbohidrat dan glikoprotein. Kelompok karbohidrat terdiri atas dua macam
polisakarida yaitu pektin dan hemiselulosa.
a.
Pektin
merupakan polisakarida yang bercabang, terdiri atas poros asam galakturonat
atau campuran asam galakturonat dan ramnosa. Akibatnya pektin memiliki PH
rendah (asam). Hal ini penting untuk pembuatan daya ikat elektrostatik antara
dengan glikoprotein yang terdapat di dinding sel. Struktur pektin yang sangat bercabang-cabang,
memungkinkan pektin mampu menangkap molekul air dan membentuk gel. Gel inilah
yang mampu memberikan kekuatan pada dinding sel tumbuhan.
b.
Hemiselulosa
merupakan kelompok molekul yang sangat bervariasi, terdiri atas untaian glukosa
atau xylosa sebagai poros.
Senyawa glikoprotein yang menjadi substansi dasar dinding sel tumbuhan antara lain ekstensin, pektin dan
lignin. Ekstensin mirip dengan kolagen pada MES hewan. Kadar ekstensin dalam
dinding sel berkisar 1-10%. Pada dinding sel yang sedang tumbuh kadar ekstensin
sangat rendah. Glikoprotein lain yang berada dalam dinding sel dikenal dengan
nama pektin, molekul yang mengikat karbohidrat dengan berbagai derajat
kekhususan. Lignin merupakan bahan tidak larut yang dirakit dari kelompok
alkohol menjadi struktur bercabang. Lignin hanya terdapat pada kayu batang tumbuhan
yang termasuk Angiospermae dan Gymnospermae.
Susunan serabut selulosa dalam dinding primer berbeda dari dinding
sekunder. Pada dinding primer susunan serabut tidak teratur, sedangkan pada
dinding sekunder, serabut selulosanya tersusun lebih teratur. Mereka hampir
tersusun sejajar satu dengan yang lain.
D.
JARINGAN
Jaringan meruapakan kelompok kerja
sel-sel pembentuk tubuh organisme multisel. Kelompok kerja ini tidak hanya
terdiri atas sel-sel saja, tetapi juga berupa substansi yang di sekresikan oleh
sel-sel serabut ke sekelilingnya. Substansi yang disebut MES inilah yang
memberi kekuatan pada jaringan.
1.
Jaringan
tumbuhan
Tumbuhan
merupakan organisme yang cenderung menetap, dengan jaringan yang bersifat kaku
dan sel penyusunnya berada di dalam kotak-kotak yang berdinding tebal. Dinding
sel (MES) tersebut yang memberi kekuatan kepada jaringan tumbuhan.
Pada
tumbuhan terdapat 3 sistem jaringan yaitu jaringan dasar, jaringan dermal dan
jaringan vaskuler.
a.
Jaringan
dasar merupakan jaringan pengemas dan penyongkong. Selain itu jaringan dasar
juga befungsi untuk mengolah dan menyimpan makanan. Terdapat 3 macam jaringan
jaringan dasar, yaitu jarinagna parenkim, kolenkim dan sklerenkim.
b.
Jaringan
dermal merupakan jaringan pelindung. Jaringan ini tersusun atas sel-sel yang
dikemas rapat satu dengan yang lain.
c.
Jaringan
vaskuler terdiri atas dua macam jaringan yaitu xilem yang berfungsi untuk
mengangkut air dan mineral dari dalam tanah ke daun dan floem berfungsi untuk
mengangkut senyawa organik dari daun keseluruh tubuh tumbuhan.
2.
Jaringan
Hewan
Seperti
halnya jaringan tumbuhan, jaringan hewan juga terdiri atas sel-sel dan MES. Susunan
komponen jaringan ini sangat bervariasi. Dalam beberapa jaringan, MES sangat
banyak, contohnya peritoneumdan tualang. Namun dalam beberapa jaringan yang
lain MES sedikit sekali, contohnya epitelium dan otot. Secara umum jaringan
hewan dibedakan menjadi empat macam yaitu jaringan pengikat, epitelium, otot
dan saraf.
Di dalam jaringan pengikat, MES atau substansi antara sel sangat
banyak, sedangkan dalam tiga jaringan yang lain MES sedikit boleh dikatakan
tidak ada. Satu diantara tiga jaringan hewan yang memiliki MES sedikit yaitu
jaringan epitelium.
E. SEL JUNCTION (PERTAUTAN SEL)
Sel yang dikelilingi oleh dinding atau sekresi lainnya
tidak terisolasi. Sel ini tetap berinteraksi dengan sel lainnya atau dengan
lingkungannya. Dalam spesies multisel, interaksi ini melalui sel junctional,
yaitu struktur yang menghubungkan sel dengan sel lain dan dengan lingkungannya.
Sel mengirimkan dan menerima ion, molekul, atau sinyal melalui junction ini.
Beberapa jenisnya membantu sel dalam mengenal dan berlekatan satu sama lain
atau dengan matriks ekstraseluler.
Pada tumbuhan, jembatan disebut plasmodesmata
(tunggal: plamodesma) berkembang menembus dinding primer kedua sel berhadapan,
menghubungkan sitoplasma sel. Zat seperti air, ion, nutrien, dan molekul sinyal
dapat mengalir secara cepat dari sel ke sel melalui plasmodesmata.
Terminal
bar (junctional complex) kebanyakan ada pada
jaringan hewan. Terminal bar merupakan serangkaian bentuk pengkhususan dari membran sel
berbentuk sebagai : zonula occludens, zonula adhaerens, dan serangkaian
desmosome. Tight junction pada terminal bar mempunyai struktur khas, yaitu
menunjukkan pola rigi-rigi yang beranyaman pada permukaannya. Daerah zonula
adhaerens dari terminal bar tersebut biasanya mempunyai sifat-sifat sebagai
macula adhaerens kecuali daerah yang melingkari sekeliling sel. Fungsi zonula
occludens adalah untuk memisahkan celah ekstraseluler dengan lumen yang dibatasi
oleh epitel bersangkutan, sedangkan fungsi zonula
adhaerens adalah untuk pelekatan mekanik antar sel yang berdekatan pada epitel
atau jaringan lain seperti pada otot jantung.
Di antara dua buah sel epitel yang berdekatan biasanya
terdapat daerah kontak yang spesifik, dan disebut pertautan sel (Junctional
complex). Ada 3 jenis pertautan sel yaitu (i)tight junction atau ocluding
junction atau taut kedap, (ii) adhering junction atau
taut lekat, dan (iii) gap junction atau taut rekah.
1.
Tight Junction
Pada tight junction, menghubungkan sel-sel di
permukaan dan rongga dalam hewan. Junction ini merapatkan sel sehingga cairan
tidak dapat melaluinya. Ada dua jenis yaitu :
a.
Zonula ocludens.
Zonula
atau sabuk bila tautan melingkari seluruh sel. Zonula ocludens adalah
taut kedap yang meluas mengelilingi permukaan apikal sel, sehingga tampak
menyerupai sabuk. Zonula ocluden tersusun atas komponen-komponen berupa
partikel-partikel protein dari masing-masing membran sel yang saling
berhubungan dan bertautan. Zonula ocludens berfungsi (i) sebagai penutup pada
bagian apikal dari ruang intersel sehingga molekul-molekul yang larut dalam air
tidak bisa lewat, (ii) sebagai perekat diantara sel-sel yang bersebelahan
sehingga memungkinkan organ yang dibentuk oleh sel-sel ini dapat meregang tanpa
terjadi kerusakan sel atau ruang intersel. (iii) sebagai barrier untuk mencegah
terjadinya diffusi protein dari luar sel (pada permukaan apikal) ke daerah baso
lateral ruang intersel atau sebaliknya. Zonula ocludens dijumpai pada sel-sel
epitel usus halus.
b.
Fasia ocludens.
Fasia
atau pita bila tautan hanya menempati daerah kecil pada permukaan sel atau
dinding lateral sel. F. ocludens mirip dengan Z.
ocludens, namun bentuknya berbeda, dimana pada fasia ocludens berbentuk
pita terputus-putus. Fasia ocludens dijumpai pada sel-sel
endotel yang melapisis pembuluh darah, kecuali kapiler darah pada otak, sel-sel
endotelnya dilekatkan oleh zona ocludens. Dengan perlekatan yang
terputus-putus ini, maka sel endotel kapiler darah memungkinkan terbentuknya
cairan jaringan dan keluarnya leukosit dari kapiler (ocludens membatasi
pori-pori kapiler).
2.
Adhering
Junction
Merupakan
tipe tautan sel yang tersebar luas dalam jaringan yang mengikat sel sel yang
bersebelahan dengan sangat erat dimana unit-unit struktural seperti
sitoskeleton, membran sel dan matriks ekstraselluler ikut terlibat mengadakan
hubungan. Pada Adhering junction disusun atas dua jenis protein yaitu (i) intercelluler
attachment protein yang menghubungkan elemen spesifik dari
sitoskeleton. Baik filament aktin maupun filamen intermediat dengan kompleks
tautan, (ii) transmembran linker yang merupakan glikoprotein interseluler yang
berbentuk filamen yang saling menganyam. Adhering junction berfungsi (i) untuk
mengatur lumen dan luas permukaan sel (ii) memelihara ketegangan membran sel,
dan (iii) mengatur konstraksi bagian apikal sel. Adhering junction banyak
dijumpai pada jaringan tubuh yang secara subjektif banyak mengalami tegangan
mekanis yang berat seperti jantung, epitel kulit, dan epitel leher rahim.
Adhering junction dibedakan atas tiga yaitu:
a.
Zonula Adheren
Zonula
adherens atau sabuk lekat: Z. adherens merupakan jenis tautan yang terdapat
pada jaringan epitel dan non epitel dan dibawah ocludens terlihat dalam
berbagai bentuk berupa titik-titik kecil yang menghubungkan filamen aktin dari
sel yang bersebelahan. Pada sel-sel epitel terlihat sebagai sabuk dan disebut
sebagai adhesion belt. Posisi z. adheren biasanya terletak di tengah dari
tautan yang ada, yaitu di atas adalah z. ocludens dan di bawahnya terdapat
desmosom. Struktur yang membentuk adherins junction adalah transmembran linker
glikoprotein, filamen intermedian (10 nm) yang menyebar dari daerah tautan ke
dalam matriks sitoplasma sel dan membran plasma terpisah pada jarak 10-15.
b.
Makula adherens atau desmosom
Desmosom
terletak di bawah z. adherens dan merupakan struktur yang memegang sel
berdekatan, dimana setiap sel membentuk setengah desmosom. Struktur yang
membentuk desmosom adalah (i) cytoplasmiq plaque, (ii) filamen
intermediat yang jenisnya tergantung pada tipe sel yang membentuknya misalnya
filamen keratin pada jaringan epitel, filamen desmin pada jantung, filamen
vemetin pada membran otak (iii)membran sel, dan (iv) transmembran linker
glikoprotein.
c.
Hemidesmosom
Hemidesmosom
merupakan struktur yang terbentuk apabila terjadi tautan antar sel dengan
membran basalis. Terlihat hanya setengah desmosom yang terbentuk.
3.
Gap Junction
Junction ini berada diantara sel-sel epitelium yang
berdampingan. Struktur Gap junction mirip porus nukleus dan memungkinkan
seluruh bagian sel untuk merespon stimulus tunggal. Contohnya, dalam otot
jantung, sinyal kontraksi mengalir dari sel ke sel melalui gap junction
sehingga sel berkontraksi sebagai satu unit. Dengan adanya gap junction ini
dapat terjadi komunikasi langsung dari dua sel yang berdekatan bersatu
membentuk saluran yang menghubunkagn kedua sel tersebut.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab
dua dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.
Matriks
ekstraseluler (bahasa Inggris: extracellular matrix, ECM) merupakan komponen paling besar pada kulit normal dan memberikan
sifat yang unik pada kulit dari elastisitas, daya rentang dan pemadatannya. ECM
merupakan komponen paling besar pada lapisan kulit dermis.
2.
Komponen
matriks ekstrasel (MES) hewan, seperti halnya MES organisme lainnya, terdiri
atas serabut-serabut dan substansi dasar. Serabut-serabut MES hewan terdiri
atas kolagen, elastin, dan retikulin. Sedangkan substansi dasarnya terdiri atas
proteoglikan dan glikoprotein.
3.
MES
tumbuhan atas serabut atau serat yang dikelilingi oleh substansi dasar. Serabut
penyusun tumbuhan adalah selulosa, sedangkan substansi dasar yang mengelilingi
terdiri atas kelompok karbohidrat dan glikoprotein. MES tumbuhan lebih di kenal
dengan dinding sel.
4.
Jaringan
meruapakan kelompok kerja sel-sel pembentuk tubuh organisme multisel. Kelompok
kerja ini tidak hanya terdiri atas sel-sel saja, tetapi juga berupa substansi
yang di sekresikan oleh sel-sel serabut ke sekelilingnya. Substansi yang
disebut MES inilah yang memberi kekuatan pada jaringan.
5. Sel junctional, yaitu struktur yang menghubungkan sel
dengan sel lain dan dengan lingkungannya. Sel mengirimkan dan menerima ion,
molekul, atau sinyal melalui junction ini. Beberapa jenisnya membantu sel dalam
mengenal dan berlekatan satu sama lain atau dengan matriks ekstraseluler.
DAFTAR PUSTAKA
Bickenbach J. 2006. Principles in molecular and cell biology.
Biology kenyon. 2008. Plasmodesmata.
Biology ultranet. 1999.
Junctions between cells
Schultz GS,
Ladwig G, Wysocki A. 2005. Extracellular matrix: review of its roles in acute
and chronic wound.
Campbell, Neil
A, dkk. 2010. Biologi Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga
Issoegianti, R,
SM., dkk. 2011. Biologi Sel. Jakarta : Universitas Terbuka
Starr, Cecie.,
dkk. 2012. Biologi Kesatuan dan Keanekaragaman Makhluk Hidup. Jakarta:
Salemba Teknika
sangat membantu, terima kasih
BalasHapus