Jumat, 05 Desember 2014

Makalah Matriks Ekstraseluler




MATRIKS EKTRASELULER DAN SEL JUNCTION
 (Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Biologi Sel)


Dosen Pengampu :
Nengsih Juanengsih, M.pd
Disusun Oleh :
Kelompok 9
Chusna Novela            (1113016100004)
Nining Khoirunnisa     (1113016100014)
Nurhasanah                 (1113016100032)





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
 


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
            Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah swt yang Maha Pengasih dan Penyayang yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayahnya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tentang “Matriks Ekstraseluler”.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan kepada kami dalam rangka pengembangan mata kuliah biologi sel yang berkaitan dengan Matriks Ekstraseluler. Selain itu tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan mengenai Matriks Ekstraseluler. Sehingga besar harapan kami, makalah yang kami sajikan dapat menjadi konstribusi positif bagi pengembang wawasan pembaca.
            Akhirnya kami menyadari dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami menerima kritik dan saran agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih. Semoga laporan ini memberi manfaat bagi banyak pihak. Aamiin.
Wassalamu’alikum Wr. Wb.


                                                                                    Ciputat, 01 November 2014


                                                                                                            Penulis







DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................
0
KATA PENGANTAR.....................................................................................
1
DAFTAR ISI...................................................................................................
2
BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................
3
BAB II. PEMBAHASAN................................................................................
5
A.    Matriks Ekstraseluler (MES)...............................................................
5
B.     MES hewan.........................................................................................
5
C.     MES tumbuhan....................................................................................
9
D.    Jaringan................................................................................................
11
E.     Sel Junction.........................................................................................
12
BAB III. PENUTUP........................................................................................
17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
18
















BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Jaringan hidup tidak hanya akumulasi dari sel-sel padat. Sebagian besar volume jaringan yang terdiri dari ruang ekstraseluler (extra-berarti ‘luar’ atau ‘melampaui’, seperti dalam extraterrestrial). Kekosongan ini diisi dengan anyaman rumit yang disebut matriks ekstraseluler.
Alih-alih menjadi bahan pengisi inert, seperti kemasan styrofoam sekitar pengiriman barang pecah belah, matriks ekstraseluler adalah komponen fisiologis aktif dinamis dari semua jaringan hidup. Selain memberikan dukungan struktural untuk sel tertanam dalam sebuah jaringan, matriks ekstraseluler memandu divisi mereka, pertumbuhan, dan perkembangan. Dengan kata lain, matriks ekstraseluler sangat menentukan bagaimana jaringan terlihat dan berfungsi.
Walaupun tidak memiliki dinding sel seperti sel tumbuhan, sel hewan memiliki matriks ekstraseluler (MES) atau extracellular matrix (ECM). Bahan penyusun utama MES adalah glikoprotein yang disekresikan oleh sel. Glikoprotein merupakan protein yang berikatan secara kovalen dengan karbohidrat yang biasanya berupa gula rantai pendek. Glikoprotein yang paling melimpah dalam sel hewan adalah kolagen, yang membentuk serat-serat kuat di luar sel. Faktanya, sekitar 40% dari total protein dalam tubuh manusia merupakan kolagen. Serat kolagen tertanam dalam jejaring yang merupakan jaringan proteoglikan. Suatu molekul proteoglikan terdiri dari satu protein inti kecil dengan banyak rantai karbohidrat yang terikat secara kovalen, sehingga 95% molekul tersebut bisa berupa karbohidrat.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan matriks ekstraseluler (MES) ?
2.      Bagaimana struktur, komponen dan fungsi MES hewan ?
3.      Bagaimana struktur, komponen dan fungsi MES tumbuhan?
4.      Bagaimana jaringan pada hewan dan tumbuhan ?
5.      Apa yang dimaksud dengan sel junction?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui tentang matriks ekstraseluler (MES)
2.      Untuk mengetahui struktur, komponen dan fungsi MES hewan
3.      Untuk mengetahui struktur, komponen dan fungsi MES tumbuhan
4.      Untuk mengetahui jaringan pada hewan dan tumbuhan
5.      Untuk mengetahui tentang sel junction
















BAB II
PEMBAHASAN
A.    MATRIKS EKSTRASELULER
Matriks ekstraseluler (bahasa Inggris: extracellular matrix, ECM) merupakan komponen paling besar pada kulit normal dan memberikan sifat yang unik pada kulit dari elastisitas, daya rentang dan pemadatannya. ECM merupakan komponen paling besar pada lapisan kulit dermis. Matriks ekstraseluler dapat memengaruhi bentuk sel, kelangsungan hidup sel, perkembangbiakan sel, polaritas dan kelakuan sel. Sebagian besar sel perlu melekat ke matriks ekstraseluler untuk tumbuh dan berkembangbiak.
Sebagian besar sel hewan, tumbuhan maupun organisme unisel, mengeluarkan senyawa ke daerah diluar membran plasma. Secara umum, senyawa tersebut di beri nama Matriks ekstraseluler (MES). Senyawa ini memiliki beraneka peran. MES yang dihasilkan sel hewan mempunyai struktur sangat bervariasi, contoh kerangka elastin dan tendon, tulang rawan, dan unsur penyongkong lapisan epitelium. Pada tumbuhan, MES membentuk dinding yang mengelilingi dan mempertautkan sel-sel jaringan tumbuhan. MES sel prokariota membentuk dinding sel.
Meskipun memiliki fungsi yang bermacam-macam, namun fungsi utama MES adalah sebagai penyonkong. Komponen penyusun MES terdiri atas substansi dasar dan serabut-serabut. Perbedaan sifat antara MES ditentukan oleh perbandingan dan jenis komponen penyusunnya.
B.     MATRIKS EKSTRASELULER HEWAN
Komponen matriks ekstrasel (MES) hewan, seperti halnya MES organisme lainnya, terdiri atas serabut-serabut dan substansi dasar. Serabut-serabut MES hewan terdiri atas kolagen, elastin, dan retikulin. Sedangkan substansi dasarnya terdiri atas proteoglikan dan glikoprotein.
1.      Serabut Matriks Ekstrasel Hewan
Serabut terbanyak yang berada di MES adalah kolagen. Selain kolagen terdapat pula serabut elastin dan retikulin. Kolagen merupakan serabut semi kristal yang mengikat sel-sel pada tempatnya, memberi daya tahan, dan kekenyalan MES. Selain itu juga, berpengaruh pada kelincahan sel. Kolagen dijumpai pada semua hewan, dari sponge sampai chordat. Pada vertebrata, kolagen merupakan protein terbanyak dalam tubuh. Pada avertebrata, serabut kolagen terutama dijumpai di MES sponge dan lapisan kutikula integumentum nematoda.
Kolagen terdiri atas tropokolagen. Setiap tropokolagen terdiri atas tiga rantai polipeptida yang disebut rantai a. Masing-masing rantai mengulir kekiri, namun ketiganya mengitari sumbu pusat dalam uliran kekanan. Struktur molekul tropokolagen ditentukan oleh komposisi asam amino terutama glycine, proline, dan hydroxyproline, yang membantu memantapkan rangkaian tiga ulir dengan jalan menggunakan ikatan hidrogen sebagai ikatan antar rantai.
Sampai saat ini diketahui bahwa terdapat empat jenis kolagen. Komponen penyusun keempat jenis kolagen ini tidak banyak berbeda. Perbedaan terletak pada kandungan glycine dan asam-asam aminonya.
Sebagian besar kolagen disintesis oleh sel-sel turunan mesenkim. Seperti halnya protein yang akan disekresikan, kolagen disintesis pada polisom yang terkait pada retikulum endoplasma (RE)dengan polipeptida awal menembus membran RE. Hydroxypoline dan hydroxylisine ditambahkan kerantai prokolagen dengan bantuan enzim hydroxyprolyl dan hydroxylisyl hidroxykilase. Kedua enzim tersebut dijumpai didalam sisterna RE.
Galaktosil dan glukosil transferese yang berada pula didalam sisterna RE berperan untuk menambahkan galaktosa dan glukosa pada rantai awal prokolagen. Perakitan prokolagen diawali di RE, kemudian dengan jalan penuntasan diangkut ke aparatus golgi, selanjutnya mendapat tambahan karbohidrat. Dari golgi, dibawa oleh granula sekretoris kearah membran sel, untuk disekresikan.
Setelah berada diruang antarsel, prokolagen segera dirakit menjadi serabut kolagen dengan bantuan enzim prokolagen peptidase. Enzim-enzim ini memotong bagian peptida yang tidak mengulir dari prokolagen-prokolagen. Tiga buah prokolagen dirakit menjadi sebuah tropokolagen. Segera tropokolagen-tropokolagen terakit, mereka saling berikatan membentuk serabut kolagen.
2.      Substansi Dasar Matriks Ekstrasel Hewan
Substansi dasar yang mengelilingi kolagen terdiri atas proteoglikan. Senyawa ini berbeda dari glikoprotein karena kandungan karbohidrat molekul-molekul kelompok tinggi. Beberapa proteoglikan memiliki karbohidrat 95% dari berat kering keseluruhan.
Proteoglikan terdiri atas rantai polipeptida sebagai sumbu, padanya terkait molekul-molekul karbohidrat. Molekul tersebut terikat dengan ikatan kovalen pada sumbu. Pada umumnya, rantai karbohidrat terikat pada protein sumbu dengan ikatan serin, kadang-kadang dijumpai pula ikatan ke treonin. Tipe karbohidrat primer yang terikat pada proteoglikan adalah glikosaminoglikan (GAG) yang terdiri atas rantai tidak bercabang dan tersusun dari untaian sepasang monosakarida. Glikosaminoglikan berasal dari glukosamin atau galaktosamin yang merupakan monosakarida dengan gugus amin dan glikan yang berarti polisakarida. Banyak gula beramin pada GAG yang membentuk proteoglikan, gula beramin diubah dengan penambahan gugus sulfat. Sejumlah kecil kelompok karbohidrat yang mirip glikoprotein dapat pula terikata pada sumbu polipeptida. Proteoglikan merupakan salah satu substansi dasar jaringan ikat, contohnya tulang, kornea, dan tulang rawan.
Gabungan asam hialuronat-proteoglikan dan proteoglikan berikatan langsung dengan kolagen membentuk MES. Perbandingan antara substansi dasar dengan serabut kombinasi khusus antara molekul kolagen dan proteoglikan menentukan kekuatan MES. Contohnya tulang rawan yang bersifat lunak dan lembut MES-nya memiliki proteoglikan dalam jumlah besar. Tendon yang bersifat liat dan elastis, sebagian besar terdiri atas kolagen. Gabungan dan perbandingan antara kolagen, proteoglikan, dan mineral menghasilkan suatu struktur yang memiliki kepadatan dan kekerasan istimewa maupun kekenyalan dan daya tahan tinggi terhadap tekanan. Kristal mineral yang terendapkan dalam MES tersusun berlapis-lapis.
Proteoglikan dijumapai ditempat-tempat kolagen yang berada dalam MES. Pada hewan vertebrata, proteoglikan dijumpai dalam jumlah besar di tulang rawan, 50% merupakan gabungan proteoglikan-asam hialuronat, misalnya pada zalir yang mengelilingi oosit mamalian, zalir tersebut berperan untuk menambah kekentalan, dan menjaga serta mempertahankan volume folikel.
Selain sebagai substansi dasar yang mengelilingi kolagen, proteoglikan juga merupakan tempat melekatnya sel-sel jaringan ikat. Sel-sel menggunakan proteoglikan sebagai landasan gerakan amoebaid saat berpindah tempat. Penempelan sementara pada proteoglikan sangat penting selama perkembangan embrio. Gerakan dan perpindahan sel dapat terjadi apabila terdapat perubahan jenis proteoglikan yang mengelilingi sel tersebut.
Kolagen dan proteoglikan membentuk anyamanan kuat dari banyak serabut yang berhubungan dan berikatan dengan reseptor permukaan sel, langsung atau perantaraan  fibrinektin, laminin dan protein penghunbung lainnya. Banyak reseptor permukaan sel yang termasuk kelompok integrin mengikatkan MES ke rangka sel, sehingga terbentuk suatu sistem berupa jaring-jaring yang terentang dari dalam sel ke sekelilingnya.










C.    MATRIKS EKSTARSEL TUMBUHAN
Seperti halnya MES hewan, MES tumbuhan atas serabut atau serat yang dikelilingi oleh substansi dasar. Serabut penyusun tumbuhan adalah selulosa, sedangkan substansi dasar yang mengelilingi terdiri atas kelompok karbohidrat dan glikoprotein. MES tumbuhan lebih di kenal dengan dinding sel.
Dinding sel tumbuhan memberikan kekuatan kepada jaringan tumbuhan, melindungi sel dari gangguan mekanik, dan sebagai penghalang bagi masuknya bakteri patogen atau jamur. Hanya beberapa sel, yang tidak memiliki dinding sel. Misalnya sel endosperm.
Pada awal perkembangannya, dinding sel sangat lunak, lentur, dan mudah mulur. Dinding tersebut merupakan dinding primer yang memanjang seiring dengan bertambah besar dan dewasanya jaringan tumbuhan. Selama dan sesudah pemanjangan sel, bahan dinding sel ditambahkan pada permukaan membran sel sehingga menghasilkan ketebalan dan kekuatan pada dinding sel sekunder. Struktur dinding sel primer yang sangat sederhana, terdiri atas satu lapisan bahan homogen. Dinding sel sekunder memiliki struktur berupa lapisan rumit yang terdiri atas beberapa lapisan dengan beragam bentuk tak hingga.
1.      Serabut Matriks Ekstrasel Tumbuhan
MES tumbuhan didominasi oleh serabut selulosa. Selulosa terdiri dari untaian lurus glukosa. Senyawa tersebut memiliki sifat sukar larut. Pada dinding sel, untaian molekul selulosa tersusun sejajar satu dengan yang lain membentuk serabut yang disebut mikrofibil selulosa.
Diantara mikrofibil selulosa terdapat pula polimer dari glukosa dengan heksosa yang lain. Pada dinding sel fungi dan algae, terdapat kalosa yang merupakan polimer dari glukosa dan heksosa lain.  Dinding sel algae berisi polimer murni dari xylosa, manosa, atau glukosa.
2.      Substansi Dasar Matriks Ekstrasel Tumbuhan
Substansi dasar MES (dinding sel) tumbuhan adalah kelompok karbohidrat dan glikoprotein. Kelompok karbohidrat terdiri atas dua macam polisakarida yaitu pektin dan hemiselulosa.
a.       Pektin merupakan polisakarida yang bercabang, terdiri atas poros asam galakturonat atau campuran asam galakturonat dan ramnosa. Akibatnya pektin memiliki PH rendah (asam). Hal ini penting untuk pembuatan daya ikat elektrostatik antara dengan glikoprotein yang terdapat di dinding sel. Struktur pektin yang sangat bercabang-cabang, memungkinkan pektin mampu menangkap molekul air dan membentuk gel. Gel inilah yang mampu memberikan kekuatan pada dinding sel tumbuhan.
b.      Hemiselulosa merupakan kelompok molekul yang sangat bervariasi, terdiri atas untaian glukosa atau xylosa sebagai poros.
Senyawa glikoprotein yang menjadi substansi dasar dinding sel  tumbuhan antara lain ekstensin, pektin dan lignin. Ekstensin mirip dengan kolagen pada MES hewan. Kadar ekstensin dalam dinding sel berkisar 1-10%. Pada dinding sel yang sedang tumbuh kadar ekstensin sangat rendah. Glikoprotein lain yang berada dalam dinding sel dikenal dengan nama pektin, molekul yang mengikat karbohidrat dengan berbagai derajat kekhususan. Lignin merupakan bahan tidak larut yang dirakit dari kelompok alkohol menjadi struktur bercabang. Lignin hanya terdapat pada kayu batang tumbuhan yang termasuk Angiospermae dan Gymnospermae.
Susunan serabut selulosa dalam dinding primer berbeda dari dinding sekunder. Pada dinding primer susunan serabut tidak teratur, sedangkan pada dinding sekunder, serabut selulosanya tersusun lebih teratur. Mereka hampir tersusun sejajar satu dengan yang lain.

D.    JARINGAN
Jaringan meruapakan kelompok kerja sel-sel pembentuk tubuh organisme multisel. Kelompok kerja ini tidak hanya terdiri atas sel-sel saja, tetapi juga berupa substansi yang di sekresikan oleh sel-sel serabut ke sekelilingnya. Substansi yang disebut MES inilah yang memberi kekuatan pada jaringan.
1.      Jaringan tumbuhan
Tumbuhan merupakan organisme yang cenderung menetap, dengan jaringan yang bersifat kaku dan sel penyusunnya berada di dalam kotak-kotak yang berdinding tebal. Dinding sel (MES) tersebut yang memberi kekuatan kepada jaringan tumbuhan.
Pada tumbuhan terdapat 3 sistem jaringan yaitu jaringan dasar, jaringan dermal dan jaringan vaskuler.
a.       Jaringan dasar merupakan jaringan pengemas dan penyongkong. Selain itu jaringan dasar juga befungsi untuk mengolah dan menyimpan makanan. Terdapat 3 macam jaringan jaringan dasar, yaitu jarinagna parenkim, kolenkim dan sklerenkim.
b.      Jaringan dermal merupakan jaringan pelindung. Jaringan ini tersusun atas sel-sel yang dikemas rapat satu dengan yang lain.
c.       Jaringan vaskuler terdiri atas dua macam jaringan yaitu xilem yang berfungsi untuk mengangkut air dan mineral dari dalam tanah ke daun dan floem berfungsi untuk mengangkut senyawa organik dari daun keseluruh tubuh tumbuhan.
2.      Jaringan Hewan
Seperti halnya jaringan tumbuhan, jaringan hewan juga terdiri atas sel-sel dan MES. Susunan komponen jaringan ini sangat bervariasi. Dalam beberapa jaringan, MES sangat banyak, contohnya peritoneumdan tualang. Namun dalam beberapa jaringan yang lain MES sedikit sekali, contohnya epitelium dan otot. Secara umum jaringan hewan dibedakan menjadi empat macam yaitu jaringan pengikat, epitelium, otot dan saraf.
Di dalam jaringan pengikat, MES atau substansi antara sel sangat banyak, sedangkan dalam tiga jaringan yang lain MES sedikit boleh dikatakan tidak ada. Satu diantara tiga jaringan hewan yang memiliki MES sedikit yaitu jaringan epitelium.

E.     SEL JUNCTION (PERTAUTAN SEL)
Sel yang dikelilingi oleh dinding atau sekresi lainnya tidak terisolasi. Sel ini tetap berinteraksi dengan sel lainnya atau dengan lingkungannya. Dalam spesies multisel, interaksi ini melalui sel junctional, yaitu struktur yang menghubungkan sel dengan sel lain dan dengan lingkungannya. Sel mengirimkan dan menerima ion, molekul, atau sinyal melalui junction ini. Beberapa jenisnya membantu sel dalam mengenal dan berlekatan satu sama lain atau dengan matriks ekstraseluler.
Pada tumbuhan, jembatan disebut plasmodesmata (tunggal: plamodesma) berkembang menembus dinding primer kedua sel berhadapan, menghubungkan sitoplasma sel. Zat seperti air, ion, nutrien, dan molekul sinyal dapat mengalir secara cepat dari sel ke sel melalui plasmodesmata.
Terminal bar (junctional complex) kebanyakan ada pada jaringan hewan. Terminal bar merupakan serangkaian bentuk pengkhususan dari membran sel berbentuk sebagai : zonula occludens, zonula adhaerens, dan serangkaian desmosome. Tight junction pada terminal bar mempunyai struktur khas, yaitu menunjukkan pola rigi-rigi yang beranyaman pada permukaannya. Daerah zonula adhaerens dari terminal bar tersebut biasanya mempunyai sifat-sifat sebagai macula adhaerens kecuali daerah yang melingkari sekeliling sel. Fungsi zonula occludens adalah untuk memisahkan celah ekstraseluler dengan lumen yang dibatasi oleh epitel bersangkutan, sedangkan fungsi zonula adhaerens adalah untuk pelekatan mekanik antar sel yang berdekatan pada epitel atau jaringan lain seperti pada otot jantung.
Di antara dua buah sel epitel yang berdekatan biasanya terdapat daerah kontak yang spesifik, dan disebut pertautan sel (Junctional complex). Ada 3 jenis pertautan sel yaitu (i)tight junction atau ocluding junction atau taut kedap, (ii) adhering junction atau taut lekat, dan (iii) gap junction atau taut rekah.
1.      Tight Junction
Pada tight junction, menghubungkan sel-sel di permukaan dan rongga dalam hewan. Junction ini merapatkan sel sehingga cairan tidak dapat melaluinya. Ada dua jenis yaitu :
a.      Zonula ocludens.
Zonula atau sabuk bila tautan melingkari seluruh sel. Zonula ocludens adalah taut kedap yang meluas mengelilingi permukaan apikal sel, sehingga tampak menyerupai sabuk. Zonula ocluden tersusun atas komponen-komponen berupa partikel-partikel protein dari masing-masing membran sel yang saling berhubungan dan bertautan. Zonula ocludens berfungsi (i) sebagai penutup pada bagian apikal dari ruang intersel sehingga molekul-molekul yang larut dalam air tidak bisa lewat, (ii) sebagai perekat diantara sel-sel yang bersebelahan sehingga memungkinkan organ yang dibentuk oleh sel-sel ini dapat meregang tanpa terjadi kerusakan sel atau ruang intersel. (iii) sebagai barrier untuk mencegah terjadinya diffusi protein dari luar sel (pada permukaan apikal) ke daerah baso lateral ruang intersel atau sebaliknya. Zonula ocludens dijumpai pada sel-sel epitel usus halus.
b.      Fasia ocludens.
Fasia atau pita bila tautan hanya menempati daerah kecil pada permukaan sel atau dinding lateral sel. F. ocludens mirip dengan Z. ocludens, namun bentuknya berbeda, dimana pada fasia ocludens berbentuk pita terputus-putus. Fasia ocludens dijumpai pada sel-sel endotel yang melapisis pembuluh darah, kecuali kapiler darah pada otak, sel-sel endotelnya dilekatkan oleh zona ocludens. Dengan perlekatan yang terputus-putus ini, maka sel endotel kapiler darah memungkinkan terbentuknya cairan jaringan dan keluarnya leukosit dari kapiler (ocludens membatasi pori-pori kapiler).
2.       Adhering Junction
Merupakan tipe tautan sel yang tersebar luas dalam jaringan yang mengikat sel sel yang bersebelahan dengan sangat erat dimana unit-unit struktural seperti sitoskeleton, membran sel dan matriks ekstraselluler ikut terlibat mengadakan hubungan. Pada Adhering junction disusun atas dua jenis protein yaitu (i) intercelluler attachment protein yang menghubungkan elemen spesifik dari sitoskeleton. Baik filament aktin maupun filamen intermediat dengan kompleks tautan, (ii) transmembran linker yang merupakan glikoprotein interseluler yang berbentuk filamen yang saling menganyam. Adhering junction berfungsi (i) untuk mengatur lumen dan luas permukaan sel (ii) memelihara ketegangan membran sel, dan (iii) mengatur konstraksi bagian apikal sel. Adhering junction banyak dijumpai pada jaringan tubuh yang secara subjektif banyak mengalami tegangan mekanis yang berat seperti jantung, epitel kulit, dan epitel leher rahim. Adhering junction dibedakan atas tiga yaitu:
a.      Zonula Adheren
Zonula adherens atau sabuk lekat: Z. adherens merupakan jenis tautan yang terdapat pada jaringan epitel dan non epitel dan dibawah ocludens terlihat dalam berbagai bentuk berupa titik-titik kecil yang menghubungkan filamen aktin dari sel yang bersebelahan. Pada sel-sel epitel terlihat sebagai sabuk dan disebut sebagai adhesion belt. Posisi z. adheren biasanya terletak di tengah dari tautan yang ada, yaitu di atas adalah z. ocludens dan di bawahnya terdapat desmosom. Struktur yang membentuk adherins junction adalah transmembran linker glikoprotein, filamen intermedian (10 nm) yang menyebar dari daerah tautan ke dalam matriks sitoplasma sel dan membran plasma terpisah pada jarak 10-15.
b.      Makula adherens atau desmosom
Desmosom terletak di bawah z. adherens dan merupakan struktur yang memegang sel berdekatan, dimana setiap sel membentuk setengah desmosom. Struktur yang membentuk desmosom adalah (i) cytoplasmiq plaque, (ii) filamen intermediat yang jenisnya tergantung pada tipe sel yang membentuknya misalnya filamen keratin pada jaringan epitel, filamen desmin pada jantung, filamen vemetin pada membran otak (iii)membran sel, dan (iv) transmembran linker glikoprotein.



c.       Hemidesmosom
Hemidesmosom merupakan struktur yang terbentuk apabila terjadi tautan antar sel dengan membran basalis. Terlihat hanya setengah desmosom yang terbentuk.
3.      Gap Junction
Junction ini berada diantara sel-sel epitelium yang berdampingan. Struktur Gap junction mirip porus nukleus dan memungkinkan seluruh bagian sel untuk merespon stimulus tunggal. Contohnya, dalam otot jantung, sinyal kontraksi mengalir dari sel ke sel melalui gap junction sehingga sel berkontraksi sebagai satu unit. Dengan adanya gap junction ini dapat terjadi komunikasi langsung dari dua sel yang berdekatan bersatu membentuk saluran yang menghubunkagn kedua sel tersebut.























BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab dua dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.      Matriks ekstraseluler (bahasa Inggris: extracellular matrix, ECM) merupakan komponen paling besar pada kulit normal dan memberikan sifat yang unik pada kulit dari elastisitas, daya rentang dan pemadatannya. ECM merupakan komponen paling besar pada lapisan kulit dermis.
2.      Komponen matriks ekstrasel (MES) hewan, seperti halnya MES organisme lainnya, terdiri atas serabut-serabut dan substansi dasar. Serabut-serabut MES hewan terdiri atas kolagen, elastin, dan retikulin. Sedangkan substansi dasarnya terdiri atas proteoglikan dan glikoprotein.
3.      MES tumbuhan atas serabut atau serat yang dikelilingi oleh substansi dasar. Serabut penyusun tumbuhan adalah selulosa, sedangkan substansi dasar yang mengelilingi terdiri atas kelompok karbohidrat dan glikoprotein. MES tumbuhan lebih di kenal dengan dinding sel.
4.      Jaringan meruapakan kelompok kerja sel-sel pembentuk tubuh organisme multisel. Kelompok kerja ini tidak hanya terdiri atas sel-sel saja, tetapi juga berupa substansi yang di sekresikan oleh sel-sel serabut ke sekelilingnya. Substansi yang disebut MES inilah yang memberi kekuatan pada jaringan.
5.      Sel junctional, yaitu struktur yang menghubungkan sel dengan sel lain dan dengan lingkungannya. Sel mengirimkan dan menerima ion, molekul, atau sinyal melalui junction ini. Beberapa jenisnya membantu sel dalam mengenal dan berlekatan satu sama lain atau dengan matriks ekstraseluler.





DAFTAR PUSTAKA

Bickenbach J. 2006. Principles in molecular and cell biology.
Biology kenyon. 2008. Plasmodesmata.
Biology ultranet. 1999. Junctions between cells
Schultz GS, Ladwig G, Wysocki A. 2005. Extracellular matrix: review of its roles in acute and chronic wound.
Campbell, Neil A, dkk. 2010. Biologi Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga
Issoegianti, R, SM., dkk. 2011. Biologi Sel. Jakarta : Universitas Terbuka
Starr, Cecie., dkk. 2012. Biologi Kesatuan dan Keanekaragaman Makhluk Hidup. Jakarta: Salemba Teknika

1 komentar: